watu-dodol-banyuwangi

Watu Dodol Salah Satu Destinasi Wisata Banyuwangi yang Wajib Anda Datangi

Hutan Wisata Watu Dodol merupakan destinasi wisata yang cukup potensial di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Jaraknya sekitar 14 km dari Banyuwangi. Hutan wisata ini terletak di dalam kawasan hutan lindung di blok 66B, RPH Selogiri, BKPH Ketapang Ketapang, KPH Banyuwangi Utara, pada ketinggian 10 hingga 50 meter di atas permukaan laut. Secara administratif merupakan bagian dari Desa Pasir Putih, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi.

Tempat ini sangat berharga. Perpaduan antara bukit, hutan dan pantai membuat pemandangan menjadi indah. Keindahannya semakin lengkap dengan sebuah batu raksasa dengan tanaman yang berdiri di tengah jalan raya menuju Surabaya. Panorama yang romantis menyediakan tempat yang bagus untuk jogging track, lintas alam serta menikmati keindahan selat Bali dari kejauhan.

Arah timur hutan wisata ini, dan berbatasan dengan pantai, terdapat sebuah bongkahan batu besar yang berdiri setinggi 3 hingga 4 meter. Batang pohon menonjol dari sisi selatan batu besar. Sepintas, tampaknya cabang-cabang tumbuh dari bebatuan yang kokoh. Sedangkan bongkahan batu yang lebih besar itu sendiri tampak bertumpu pada beberapa batuan lainnya. Inilah ciri khas yang menandai Hutan Wisata Watu Dodol.

Beberapa meter di sebelah timur batu; ada peron yang menyerupai tempat peribadatan. Pada hari-hari tertentu lantai peron ini akan penuh dengan sesajen bunga, bahkan uang receh sekalipun. Di seberang jalan, di sebelah barat, ada tangga semen yang mengarah ke pegunungan. Sekitar 10 meter di sebelah kanan jalan setapak ini adalah kuburan kuno. Di makam kuno inilah pengunjung sering bermeditasi.

Dari kuburan kuno, jika Anda terus mendaki ke kiri, Anda akan tiba di sebuah gunung berbatu. Anda bisa melihat jauh ke Selat Bali. Oleh karena itu tidak berlebihan jika Hutan Wisata Watu Dodol diklaim sebagai tempat yang ideal untuk menikmati keindahan selat yang mengarah ke Pulau Dewata.

Di gunung ini terdapat gua observasi peninggalan Tentara Jepang dari Perang Dunia II. Konon dari gua ini Prajurit Jepang bisa leluasa mengawasi lalu lintas kapal asing yang keluar masuk Selat Bali dari arah utara. Sekarang gua itu tersembunyi oleh gunung dan ditutupi oleh semak-semak. Dari gua Jepang ini, jika Anda terus ke selatan, setelah sekitar 500 meter Anda akan tiba di persimpangan tiga arah. Jika Anda terus ke kiri dan ke bawah, Anda akan tiba di tempat peristirahatan yang dilengkapi dengan taman bermain anak-anak dan bangunan permanen berbentuk payung. Untuk relaksasi bersama keluarga, tempat ini cocok. Udara di sekitar masih segar dan tempat yang dinaungi oleh ketapang (almond) yang lebat dan pepohonan lainnya. Dan di selatan, tersedia area parkir yang luas.
Dan itu tidak semua. Di sebelah timur Watu Dodol terdapat bangunan berbentuk payung yang menampung toilet dan loker bagi yang ingin berganti pakaian dan mandi di Selat Bali.

Sejarah

Menurut masyarakat setempat, dan diyakini sampai saat ini, ada banyak cerita yang berhubungan dengan batu besar dan kuburan kuno. Ketika Banyuwangi (dulu disebut Blambangan), yang diperintah oleh Minak Jinggo, diserang oleh tentara Majapahit, banyak tentara Blambangan yang melarikan diri, sebagian ke utara menelusuri pantai-pantai di sepanjang selat Bali.

Salah satu petugas Blambangan yang kabur membawa perbekalan berupa Jadah (Dodol dalam bahasa Jawa, ketan manis). Karena sangat lelah, jadah atau dodol tersebut tidak sengaja tertinggal di pantai, setelah beristirahat dalam perjalanan menuju tempat yang aman. Cerita berlanjut bahwa sebuah batu berdiri kokoh terbentuk dari dodol yang ditinggalkan oleh tentara. Bahkan ketika pemerintah Jepang melebarkan jalan, mereka tidak berhasil meledakkan batu tersebut. Bahkan rantai kapal yang digunakan untuk menjatuhkannya pun putus. Saat ini, bongkahan batu tersebut masih tampak kokoh, bahkan dilestarikan sebagai tujuan wisata.